Prasasti Kalasan, sebuah artefak yang memikat dari masa lalu yang kaya sejarahnya, merupakan salah satu peninggalan penting dari masa kejayaan peradaban Nusantara. Penemuan prasasti ini pada tahun 1886 membuka pintu untuk memahami warisan budaya yang telah membentuk perjalanan sejarah di antara Kalasan dan Prambanan. Diduga, prasasti ini merupakan prasasti tertua yang menggunakan angka tahun dan ditulis dalam aksara Siddham, sebuah bentuk aksara kuno yang tersusun dalam metrum atau sloka.
Isi Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan membuka lembaran sejarah dengan penghormatan kepada Dewi Tārā. Isinya mengungkapkan permohonan para guru keluarga Śailendra kepada Mahārāja Panangkarana untuk mendirikan sebuah bangunan suci yang didedikasikan untuk pemujaan dewi tersebut. Permohonan yang disampaikan pada tahun 700 Śaka (= 778/779 Masehi) akhirnya dikabulkan oleh Mahārāja Dyaḥ Pañcapaṇa Kariyāna Paṇaṃkaraṇaḥ (Rakai Panangkaran).
Pada momen yang penting ini, bangunan suci untuk dewi Tārā didirikan, disertai dengan pemberian tanah di desa Kalasa untuk pemeliharaan bangunan suci tersebut. Prasasti ini menjadi saksi sejarah yang disaksikan oleh berbagai pejabat kerajaan seperti Pangkur, Tawan, dan Tirip. Bangunan suci ini, diidentifikasi sebagai candi Kalasan saat ini, dulu dikenal dengan nama Tarabhavanam. Selain itu, kemungkinan nama Kalasan berasal dari relief-relief kalasa (periuk besar) yang terpahat di dinding kaki candi.
Aksara Siddham (Siddhamatrka) dan Perjalanan Aksara Nagari
Aksara Siddham, juga dikenal sebagai Siddhamatrka, merupakan salah satu bentuk aksara kuno yang digunakan dalam prasasti ini. Aksara ini secara etimologis terkait dengan kesempurnaan dan keunggulan. Sementara itu, Aksara Nagari, yang berasal dari India Utara, merupakan bentuk aksara yang berkembang dari tulisan Brahmi melalui tulisan Gupta pada abad ke-3 SM.
Nāgarī, yang berarti ‘kota’ dalam bahasa Sanskerta, adalah bentuk aksara feminin dari kata Sanskerta, nāgara. Aksara Nagari dan tulisan Gupta dari abad ke-8 menjadi varian timur Gupta, yang muncul bersamaan dengan tulisan Sharada, varian barat. Di India, aksara ini diakui secara luas dan ditetapkan sebagai abjad nasional, dikenal sebagai aksara Dewanāgarī.
Aksara Nagari menyebar ke berbagai wilayah Asia melalui pengajaran agama Buddha dan digunakan untuk menuliskan mantra-mantra suci dan teks-teks lengkap.
Dengan pemahaman mendalam tentang Prasasti Kalasan dan signifikansinya, kita memperoleh jendela yang mengagumkan pada kekayaan sejarah Nusantara dan peradaban yang telah membentuknya.
Jangan lewatkan untuk terus mengeksplorasi peninggalan sejarah seperti Prasasti Kalasan yang memberikan cahaya terhadap warisan budaya yang kaya, memperkaya pemahaman kita akan masa lalu yang kini terabadikan dalam situs arkeologi yang berharga.
Artikel Artefak lain yang relevan dengan pembahasan ini:
Prasasti Kalasan
- Batu
- Desa Kalasan, Daerah Istimewa Yogyakarta
- Aksara Siddham (Pranagari)
- Bahasa Sanskerta
- Tahun 700 Śaka (= 778 Masehi)
- Tg. 46 cm; Lb. 67 cm; Tb. 12 cm
- Koleksi Museum Nasional No. Inv. D. 147
Penutup
Setelah membaca artikel ini, disarankan untuk mengeksplorasi lebih lanjut mengenai karya-karya arkeologi dan kebudayaan Nusantara yang masih tersisa. Mengunjungi situs-situs bersejarah, membaca literatur terkait, atau memperdalam pemahaman mengenai perkembangan aksara dan kebudayaan pada masa lampau dapat menjadi langkah menarik untuk menelusuri lebih dalam ke dalam sejarah yang membentuk peradaban Indonesia.
Dengan terus menjaga dan mempelajari warisan budaya, kita dapat lebih memahami identitas kolektif kita sebagai bagian dari perjalanan sejarah yang panjang dan kaya akan ragam budaya.