Adat dan budaya Suku Sunda merupakan bagian dari kekayaan budaya nusantara. Suku-suku bangsa beserta adat istiadat merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya raya tidak hanya karena sumber daya dan panorama alam indah tiada tara namun kebudayaan suku-suku bangsa yang tersebar di seantero nusantara.
Kebudayaan tersebut menjadi daya tarik tersendiri dan berpotensi menarik perhatian wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Sehingga mampu berfungsi sebagai obyek wisata penghasil devisa.
Kehidupan Masyarakat Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang mayoritas mendiami wilayah barat Pulau Jawa. Namun seperti suku lain yang melanglang buana, penyebaran Suku Sunda meluas hingga ke wilayah Betawi.
Provinsi Jawa Barat yang beribu kota di Bandung merupakan provinsi dengan populasi Suku Sunda terbesar di Indonesia. Lagu tradisionalnya yang terkenal adalah Manuk Dadali, Bubuy Bulan, dan Tokecang. Masyarakat Sunda yang dikenal ramah dan senang makan lalapan ini memiliki kesenian wayang golek, yaitu sandiwara boneka kayu yang populer hingga ke manca negara.
Kebudayaan Suku Sunda
Kekhasan adat dan budaya Suku Sunda tercermin pada karakteristik budayanya yang khas, baik dari segi bahasa, alat musik tradisional, pakaian adat maupun upacara adat yang berbeda dengan budaya suku bangsa lainnya. Topografi daerah Jawa Barat yang terdiri atas pantai dan gunung menciptakan harmoni budaya yang merupakan perpaduan adat istiadat, khas dengan dipengaruhi keadaan alamnya.
Masyarakat Suku Sunda memiliki tarian tradisional. Tarian khas Sunda antara lain Tari Jaipong dan Tari Topeng. Kedua tarian tradisional ini diiringi musik tradisional Degung berirama rancak hasil paduan beberapa alat musik tradisional seperti kecapi, kendang, saron dan go’ong.
Selain musiknya yang rancak, ciri khas Tari Jaipong terletak pada pakaian penarinya. Pakaian para penari Jaipong rata-rata berwarna mencolok. Selain itu, gerakan dari tarian ini juga dinamis. Tarian ini sebenarnya merupakan hasil modifikasi dari Tari Ketuk serta biasa dibawakan saat acara pernikahan atau pentas-pentas hiburan.
Tari Topeng juga merupakan salah satu tarian terkenal dari tanah Sunda. Seperti namanya tarian ini mengharuskan penarinya mengenakan topeng. Penari diiringi musik Degung dan mengacu pada cerita klasik panji. Dahulu kala Tari Topeng merupakan tarian untuk menghormati arwah nenek moyang. Ketika agama Islam mulai masuk ke tanah Sunda, Sunan Kalijaga memanfaatkan Tari Topeng sebagai alat syiar agama Islam.
Alat musik tradisional Suku Sunda yang terkenal adalah angklung dan calung. Jika memainkan angklung dengan cara menggoyang, calung berbunyi dengan cara ditabuh yaitu memukul batang bambu pada ruas-ruas tabungnya yang disusun menurut tangga nada tertentu.
Berbeda dengan angklung yang menggunakan bambu putih, bambu yang digunakan dalam membuat calung biasanya dari jenis bambu hitam. Sama halnya dengan angklung, calung seringkali ditampilkan sebagai pertunjukan seni musik tersendiri meski tidak digunakan sebagai pengiring tari-tarian tradisional Sunda.
Upacara Adat Suku Sunda
Selain tarian dan musik tradisional, daya tarik adat dan budaya suku Sunda terdapat pada upacara-upacara adat berikut ini.
Upacara Pernikahan
Seperti suku-suku lain di Indonesia, upacara adat pernikahan Sunda terdiri atas beberapa rangkaian yang merupakan satu kesatuan, yaitu sebagai berikut.
Sawer
Dalam adat ini mempelai pria dan wanita duduk di halaman rumah tepat di bawah tempat pembuangan air hujan turun dari atap rumah (talang). Dalam acara ini orang tua mempelai melakukan saweran dengan isi sawer yang terdiri atas kembang setaman, beras kuning, uang koin dan permen. Isi saweran ini biasanya diperebutkan anak-anak kecil yang turut menyaksikan jalannya upacara.
Meuleum Harupat
Merupakan upacara yang melambangkan harapan agar mempelai terhindar dari godaan dan dimudahkan mengatasi permasalahan selama pernikahan. Upacara ini dilakukan dengan membakar tangkai bunga pinang kering dan apinya ditiup bersama oleh kedua mempelai.
Nincak Endok
Upacara ini mirip upacara pengantin adat Jawa. Pada upacara ini mempelai pria menginjak telur hingga pecah lalu kakinya dibasuh mempelai wanita hingga kering sebagai perlambang bakti istri terhadap suami.
Nincak Songsong
Yaitu adat menginjak bambu kecil yang biasa digunakan untuk meniup kayu bakar saat memasak di dapur.
Meupeuskeun Kendi
Yaitu adat memecahkan kendi tanah liat oleh kedua pengantin sebagai perlambang memecahkan permasalahan rumah tangga bersama-sama dan menolak bala.
Buka Panto
Berarti membuka pintu sebagai perlambang permintaan izin sang suami terhadap istri untuk mengarungi bahtera rumah tangga berdua.
Huap Lingkung
Merupakan adat yang mirip adat pengantin Jawa dan Sumatra, yaitu mempelai saling menyuapi sebagai perlambang saling mengasihi, dilanjutkan dengan suapan yang dilakukan kedua orangtua mempelai sebagai perlambang kasih sayang orangtua kepada anak. Adat ini ditutup dengan aksi berebut ayam panggang (bakakak hayam) sebagai perlambang bahwa rezeki dari Tuhan hendaknya dinikmati bersama.
Jangan sampai ketinggalan informasi Tradisi Nusantara di Lentera Budaya:
- Tradisi Budaya Masyarakat Kampung Cireundeu Jawa Barat
- Tradisi Kesenian Sisingaan Subang
- Tradisi Prosesi Pernikahan Adat Sunda
Pencak Silat Cikalong
Olahraga bela diri khas masyarakat Sunda ini berfungsi sebagai olahraga sekaligus salah satu bentuk kesenian karena gerakan-gerakannya cukup atraktif dan luwes layaknya menari. Penduduk setempat menyebutnya Maempo Cikalong.
Tradisi Seren Taun
Suatu tradisi menumbuk padi dalam lesung secara bersama-sama oleh para wanita yang mulai langka dilakukan masyarakat Sunda. Adat ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa saat mendapatkan hasil berlimpah setelah masa panen padi dan biasanya dilangsungkan pada saat bulan purnama atau pertengahan bulan penanggalan Sunda.
Tradisi Nipung Ka Halu
Seperti tradisi Seren Taun, Nipung Ka Halu juga telah menjadi tradisi yang langka. Tradisi ini melambangkan semangat gotong royong antar warga dalam membuat tepung beras bersama-sama. Saat ini hanya sebagian warga Pelabuhan Ratu dan sekitarnya yang masih melestarikan adat budaya Sunda ini.
Untuk membuat tepung beras bersama-sama paling tidak dibutuhkan seratus orang yang terlibat. Pada upacara ini, alat utama yang digunakan adalah halu. Halu yaitu sejenis tongkat kayu yang panjangnya 1,5 hingga dua meter dan sama sekali tidak melibatkan mesin.
Bertemunya lesung dengan tongkat kayu tidak dilakukan secara acak namun sudah diatur sehingga menghasilkan nada tertentu. Wanita, pria, tua, muda hingga anak-anak turut meramaikan tradisi unik ini dan biasanya dilanjutkan dengan memasak tepung beras tadi menjadi kue-kue lezat khas Sunda seperti dodol, surabi, wajik secara bersama-sama.
Karakteristik adat dan budaya Suku Sunda juga dapat ditemukan dalam kebiasaan dan kehidupan bermasyarakat. Sistem kekeluargaan Suku Sunda bersifat parental yaitu menarik garis keturunan dari pihak ayah dan ibu secara bersama-sama. Mayoritas masyarakat Sunda beragama Islam.
Tetapi berbicara tentang mengenal Tuhan, masyarakat Sunda sudah percaya hal itu sejak zaman nenek moyang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tokoh Lutung Kasarung dalam legenda Sunda yang dalam pantunnya menyebutkan Guriang Tunggal (Dzat Maha Tunggal).
Adat dan budaya Suku Sunda adalah bentuk kekayaan bangsa namun sayangnya tradisi-tradisi ini perlahan mulai terkikis dan kurang terdokumentasi, hal ini dipengaruhi pula oleh kelemahan masyarakatnya sendiri, yang sekarang sudah sangat jarang berupaya untuk mengenali adat dan budaya mereka sendiri.