Selain Artefak Arca Buddha ditemukan juga keramik asing berbentuk guci dan kendi yang terbuat dari perunggu dari dinasti Tang (T’ang) di Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah. Ada tiga guci yang ditemukan namun 1 pecah dan 2 masih utuh. Sedangkan kendi perunggu relatif masih utuh.
Guci Keramik Dinasti Tang
Keramik asing, berbentuk guci, yang ditemukan di Rejoso berjumlah tiga buah. Guci-guci yang menurut tingkat pembakarannya dapat digolongkan ke dalam jenis stoneware ini berasal dari Dinasti Tang (abad VII-X).
Satu buah guci keramik berkuping empat, pecah terkena cangkul pada waktu ditemukan dan yang dua lainnya utuh.
Guci yang utuh masing-masing mempunyai tinggi 52 em. Guci utuh pertama, berkuping enam, diameter mulut dan dasarnya adalah 22 cm dan 25 cm. Sedangkan guci kedua, berkuping empat, mempunyai diameter mulut 19 cm dan dasar 20,5 cm.
Pada beberapa kasus penemuan benda arkeologis, guci semacam ini sering digunakan sebagai wadah artefak lain, misalnya mata uang koin Cina (kepeng) atau mata uang emas berbentuk tablet seperti yang ditemukan di Desa Plosokuning, Wonoboyo pada tahun 1990.
Temuan keramik asing seperti guci dari Dinasti T’ang tersebut, dalam penelitian arkeologis, sangat membantu dalam mengidentifikasikan umur relatif dari temuan yang menyertainya.
Kendi Perunggu Dinasti Tang
Kendi perunggu yang ditemukan di Rejoso mempunyai berituk badan globular dengan leher lurus (bagian bibimya sudah hilang) dan cerat yang menghadap ke atas ( ceratnya mempunyai bibir yang melebar). Kendi ini tidak mempunyai hiasan, tetapi bagian pangkal lehemya diberi bentuk cincin, demikian juga pada ujung ceratnya.
Bentuk kendi semacam ini, mirip dengan relief kendi di Candi Borobudur yang mengambil model wadah serupa dari Dinasti T’ang, abad VII-X.
Kendi merupakan salah satu bentuk wadah yang diasosiasikan dengan kamandalu dan dipercayai sebagai wadah berisi air kehidupan amrta, atau air suci yang berasal dari Sungai Gangga. Kepercayaan kamandalu sebagai wadah amrta, misalnya digambarkan dalam adegan cerita Gamdeya di Candi Kidal, Malang.
Dalam Buddhisme, kamandalu juga sering disebutkan berisi permata dan dianggap sebagai simbol sumber pengetahuan. Karen a kendi mempunyai banyak sekali fungsi, maka untuk menentukan fungsinya harus diperhatikan konteksnya dengan temuan yang lain.
Dalam hal ini, fungsi kendi lebih cenderung berhubungan dengan upacara keagamaan. Disamping itu, kendi juga dipakai sebagai atribut oleh banyak dewa, baik dewa-dewa dalam agama Hindu maupun Buddha.
Temuan artefak guci keramik dan kendi perunggu di Rejoso ini menjadi koleksi Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Tengah.